Kenapa Orang Kelas Menengah ke Bawah Punya Banyak Anak?

10 June 2025

Menurut Kepala BGN, setiap menitnya bisa lahir sekitar 6 bayi di Indonesia.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk ini banyak disumbang dari keluarga miskin serta rentan miskin, yang rata-rata memiliki 4-5 anggota keluarga. 

Daripada berasumsi atau langsung nge-judge, yuk coba kita pahami beberapa kemungkinan alasan di baliknya. Ingat ya, ini adalah eksplorasi berbagai perspektif, bukan kesimpulan mutlak untuk semua orang.

Bukan Sekadar Pilihan, Ada Banyak Faktor yang Mempengaruhi

Berikut adalah beberapa faktor yang bisa jadi berperan kenapa fenomena ini terjadi di beberapa kalangan masyarakat:

1. Keterbatasan Akses Informasi dan Layanan Kesehatan Reproduksi 

Di beberapa daerah atau kalangan, akses terhadap informasi lengkap mengenai keluarga berencana (KB), pilihan metode kontrasepsi yang aman dan efektif, serta pentingnya jarak antar kelahiran mungkin masih terbatas. Selain itu, ketersediaan dan keterjangkauan layanan kesehatan reproduksi yang berkualitas juga bisa menjadi tantangan tersendiri.

2. Pandangan Tradisional: "Banyak Anak, Banyak Rezeki" & Jaminan Hari Tua 

Masih ada nih, Sobatblu, pandangan tradisional di sebagian masyarakat yang menganggap anak sebagai "investasi" atau penopang di masa tua. Harapannya, dengan banyak anak, akan ada yang merawat dan menanggung kebutuhan orang tua ketika sudah tidak produktif lagi. Ungkapan "banyak anak, banyak rezeki" juga kadang masih dipegang teguh sebagai sebuah harapan.

3. Pengaruh Norma Sosial dan Budaya  

Di beberapa lingkungan masyarakat, memiliki banyak anak dianggap sebagai hal yang lumrah, bahkan menjadi semacam status atau kebanggaan. Tekanan dari keluarga besar atau tetangga untuk segera menambah momongan atau memiliki banyak anak juga bisa jadi salah satu pemicunya.

4. Tingkat Pendidikan dan Kesadaran Finansial 

Tingkat pendidikan berpengaruh pada kesadaran soal perencanaan keluarga. Di Indonesia, rata-rata lama sekolah hanya sekitar 9 tahun. Kurangnya akses pendidikan bisa bikin orang kurang paham soal dampak finansial punya banyak anak. Akibatnya, banyak keluarga dengan ekonomi terbatas kesulitan memenuhi kebutuhan penting, seperti gizi anak yang seimbang.

5. Minimnya Keterlibatan Perempuan dalam Pengambilan Keputusan 

Di beberapa struktur keluarga, perempuan mungkin tidak memiliki otonomi penuh dalam memutuskan kapan dan berapa banyak anak yang ingin dimiliki. Keputusan seringkali masih didominasi oleh pihak suami atau keluarga besar.

6. Anak sebagai Tenaga Kerja dalam Ekonomi Keluarga 

Meskipun mungkin sudah berkurang, masih ada anggapan kalau anak bisa bantu kerja sejak kecil dan ikut menunjang ekonomi keluarga. Ini adalah pandangan yang mungkin berakar dari kondisi ekonomi sulit di masa lalu.

Penting diingat, tiap keluarga punya cerita dan kondisi masing-masing. Nggak bisa disamaratakan atau dijelasin dengan satu jawaban aja. Banyak hal saling terkait ekonomi, budaya, akses informasi, dan lainnya.

Daripada menghakimi, lebih baik coba pahami. Kita bisa saling dukung biar makin banyak yang sadar pentingnya perencanaan keluarga dan kesejahteraan anak.

Kesimpulan

Terlepas dari jumlah anak atau kondisi ekonomi, perencanaan keuangan yang matang adalah kunci penting untuk masa depan keluarga yang lebih baik. Membekali diri dengan literasi finansial bisa membantu kita semua, termasuk Sobatblu, dalam mengambil keputusan finansial yang lebih cerdas dan bertanggung jawab. Ini juga menjadi langkah penting agar kita sebagai orang tua tidak membebani anak-anak kita di kemudian hari.

Mau belajar lebih dalam bagaimana mengelola keuangan sebagai orang tua agar anak tidak menjadi korban sandwich generation berikutnya? Ikuti bluAcademy Batch 15 ‘Mengatur Keuangan Keluarga: Budgeting untuk Anak, Mobil, Rumah, dan Lainnya’. 

Daftar sekarang di blu.id/pendaftaranbluacademy

Download blu
Gimana? Masih ragu & bingung? 🤔

Nih, solusinya