Belajar 4 Bedanya Deflasi dan Inflasi Biar Kamu Makin Pinter Ngatur Uang

12 August 2025

Kamu pernah dengar istilah deflasi dan inflasi tapi masih suka bingung bedain keduanya? 

Tenang, sobatblu nggak sendiri. Istilah ekonomi ini sering muncul, apalagi pas lagi bahas harga barang yang naik atau turun. 

Nah sebenarnya memahami inflasi dan deflasi bukan hanya berguna saat bahas perekonomian secara keseluruhan. Melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep deflasi dan inflasi, kamu pun bisa lebih bijak dalam ngatur keuangan, terutama di masa yang serba dinamis seperti sekarang.

Biar makin paham, yuk scroll terus artikel ini karena kita bakal bahas secara santai tapi lengkap tentang perbedaan deflasi dan inflasi, termasuk contoh nyatanya di kehidupan sehari-hari.

Perbedaan Inflasi dan Deflasi

Sebelum kita masuk ke penjelasan teknis, coba bayangin dulu. Misalnya, pagi-pagi kamu mampir ke coffee shop favorit, terus kaget karena harga kopinya naik dibanding minggu lalu. 

Kenaikan harga yang sangat tiba-tiba dan berbeda dari biasanya ini merupakan salah satu contoh inflasi.

Sebaliknya, kalau harga-harga barang justru turun drastis sampai kamu mikir, “Kok jadi murah banget, ya?”, maka hal ini bisa jadi tanda terjadinya deflasi.

Walau sama-sama soal perubahan harga, inflasi dan deflasi punya makna, penyebab, dan dampak berbeda.

Di Indonesia, pemerintah dan bank sentral biasanya memantau dua fenomena ini karena keduanya bisa berdampak negatif ke perekonomian sebuah negara. Yuk, kita bedah satu per satu!

1. Pengertian

Inflasi adalah kondisi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan dalam periode tertentu. 

Sementara itu, deflasi adalah kondisi kebalikannya, yaitu ketika harga barang dan jasa mengalami penurunan yang terus-menerus.

Singkatnya:

  • Inflasi = harga naik, daya beli turun.
  • Deflasi = harga turun, tapi bisa jadi sinyal bahaya kalau terus berlanjut.

Baca juga: Buy Now, Pay Later Bikin Pengeluaran Gak Terasa

2. Jenis-Jenis

Inflasi itu nggak cuma satu jenis aja. Ada inflasi ringan yang masih wajar sampai hiperinflasi yang ekstrem. Berikut beberapa jenis tersebut:

  • Inflasi ringan: Kenaikan harga di bawah 10% per tahun, masih normal.
  • Inflasi sedang: 10%–30% per tahun.
  • Inflasi berat: Di atas 30% per tahun, berdampak besar ke ekonomi.
  • Hiperinflasi: Kenaikan harga sangat cepat, biasanya saat krisis ekonomi.

Sementara itu deflasi juga punya dua sisi:

  • Deflasi strategis: Penurunan harga karena teknologi atau efisiensi produksi, bisa positif.
  • Deflasi berbahaya: Penurunan harga karena lemahnya konsumsi dan permintaan barang di pasar, yang bisa berdampak negatif.

3. Penyebab

Inflasi bisa terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya ketika permintaan terhadap barang atau jasa meningkat secara drastis, yang disebut demand-pull inflation. Selain itu, inflasi juga bisa disebabkan oleh kenaikan biaya produksi, misalnya ketika harga bahan bakar naik sehingga harga barang ikut terdorong naik. 

Faktor lainnya terjadi saat kebijakan moneter, seperti pencetakan uang yang berlebihan sehingga jumlah uang beredar jadi meningkat dan nilai mata uang melemah.

Di sisi lain, deflasi biasanya terjadi ketika permintaan terhadap barang atau jasa yang justru mengalami penurunan. Kondisi ini bisa terjadi karena konsumen memilih menunda belanja dengan harapan harga akan turun lebih jauh. 

Selain itu, deflasi juga dapat disebabkan oleh pengetatan jumlah uang yang beredar di masyarakat, sehingga daya beli menurun dan harga-harga pun ikut turun.

Baca juga: Jenis Tagihan Bulanan yang Bisa Kamu Bayar di blu

4. Dampak Terhadap Daya Beli Masyarakat

Dampak inflasi biasanya bikin daya beli masyarakat menurun karena harga barang-barang dan biaya hidup jadi semakin mahal. Nilai uang yang kita punya pun ikut turun, karena yang dulu cukup buat belanja banyak, sekarang cuma cukup buat sedikit. 

Sebaliknya, deflasi juga nggak selalu bagus. Saat harga barang terus turun, bisnis terpaksa menurunkan harga dan mengurangi produksi, yang ujung-ujungnya bisa bikin pengangguran meningkat karena perusahaan melakukan efisiensi. 

Selain itu, banyak konsumen jadi menunda belanja karena berharap harga makin turun lagi, dan kalau ini terjadi terus-menerus, perputaran ekonomi bisa melambat. Jadi walaupun inflasi dan deflasi terdengar berlawanan, sebenarnya keduanya sama-sama bisa mengganggu kestabilan ekonomi kalau nggak dikendalikan dengan baik.

Contoh Inflasi dan Deflasi Pada Kehidupan Sehari-Hari

Nah sobatblu, biar makin relatable, sekarang kita bahas contoh nyata dari inflasi dan deflasi yang mungkin pernah kamu alami atau dengar di berita.

Perubahan harga seperti ini sering dianggap wajar, tapi dampaknya ke daya beli masyarakat bisa besar kalau angka inflasi atau deflasi terus naik.

Contoh Inflasi

Bayangin kamu sering beli nasi goreng di warung langganan seharga Rp15.000. Namun, beberapa bulan terakhir, harganya naik jadi Rp20.000. 

Nggak ada tambahan topping apa pun, tapi harga naik karena bahan-bahan seperti beras, minyak goreng, dan gas juga naik. Itu contoh nyata dari inflasi yang umum terjadi di sekitar kita. Kenaikan harga ini bisa menyebabkan daya beli masyarakat turun, karena uang yang sama hanya bisa membeli lebih sedikit.

Dalam kondisi seperti ini, kebijakan suku bunga dari bank sentral biasanya jadi salah satu alat untuk mengendalikan inflasi agar tidak berdampak negatif pada ekonomi.

Baca juga: Mengenal Pinjol dan Bahaya Jebakan Bunga Tinggi

Contoh Deflasi

Sebaliknya, kamu beli handphone tipe tertentu yang tahun lalu harganya Rp5 juta. Sekarang meski spesifikasinya sama, harganya turun jadi Rp3,8 juta karena teknologi baru muncul dan permintaan terhadap tipe lama berkurang. 

Penurunan harga ini bisa menjadi akibat dari berkurangnya permintaan pasar dan efisiensi produksi.

Kalau deflasi berlangsung lama, masyarakat dan para pelaku usaha bisa menunda belanja, yang justru menyebabkan perputaran ekonomi melambat dan dampaknya terasa ke banyak sektor.

Saatnya Bikin Uangmu Tetap Tumbuh dengan bluInvest!

Deflasi dan inflasi adalah dua kondisi ekonomi yang penting untuk dipahami, terutama buat sobatblu yang lagi belajar ngatur keuangan pribadi. Inflasi bikin harga-harga naik dan daya beli menurun, sementara deflasi justru bisa bikin harga turun tapi nggak selalu jadi kabar baik.

Nah, jangan biarin inflasi atau deflasi memengaruhi nilai uangmu. Saat harga naik atau turun, pastikan uangmu tetap punya potensi untuk tumbuh.

Dengan bluInvest di blu by BCA Digital, kamu bisa mulai investasi reksadana dengan praktis langsung dari aplikasi blu. Prosesnya gampang, modalnya mulai dari Rp10.000 aja, dan cocok banget buat kamu yang mau mulai belajar investasi.

Yuk, take action sekarang biar uangmu nggak cuma diam, tapi juga bisa berkembang sesuai tujuan finansial. Download aplikasi blu by BCA Digital sekarang dan nikmati kemudahan ngatur uang dari mana aja dan kapan aja!

Download blu
Gimana? Masih ragu & bingung? 🤔

Nih, solusinya